Langsung ke konten utama

Bagi Fayakhun Andriadi, Nasib Mujur Sukses Bisa Menjadi Sukses



Menurut Fayakhun Andriadi, nasib mujur bias jadi memberikan kesempatan pertama, tetapi kemudian dengan sifat-sifat positif yang mereka miliki, akhinya mereka mampu mengubah kesempatan pertama ini menjadi sebuah keberhasilan. Karenanya mereka menurut Fayakhun Andriadi, berpendapat bahwa kesempatan ada dimana-mana.
Ketika kesempatan pertama itu hilang, menurut Fayakhun Andriadi, maka kesempatan kedua akan tetap muncul orang yang sukses akan tetap sukses apapun bentuk peluang awal yang mereka hadapi. Kuncinya, kerja keras menurut Fayakhun Andriadi.
Dalam iklim ekonomi, menurut Fayakhun Andriadi, yang sedang tumbuh dan berkembang, dunia usaha hanya membutuhkan dua hal. Pertama menurut Fayakhun Andriadi, adalah efisiensi, yang dapat mempertahankan kelangsungan usaha Anda dan memanfaatkan pertumbuhan tersebut. Keuda menurut Fayakhun Andriadi, kemampuan memecahkan masalah, yang memungkinkan Anda untuk menanggulangi rintang-rintang kecil dan kembali ke jalur semula. Sementara itu, dalam masa-masa yang sulit menurut Fayakhun Andriadi, karena resesi, krisis atau meningkatnya persaingan, kedua hal tersebut tetap dibutuhkan.
Namun menurut Fayakhun Andriadi, dua hal itu saja belum cukup dan perlu ditambah pemikiran yang lebih jauh, yakni pemikiran menyangkut pencarian peluang dan perubahan strategi. Masalahnya menurut Fayakhun Andriadi adalah, apakah pencarian peluang dalam situasi sesesi atau krisis dimungkinkan? Fayakhun Andriadi, pernah berbicara mengenai hal ini dengan pimpinan sebuah perusahaan maju yang sempat terguncang resesi. Pimpinan itu menurut Fayakhun Andriadi, mengatakan bahwa dalam situasi ekonomi sangat diperlukan orang-orang yang berjiwa wirausaha di semua jajaran organisasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fayakhun Andriadi: Malaysia Mendikte Indonesia

Anggota Komisi I DPR RI, FayakhunAndriadi , menilai Malaysia kini semakin mendikte Indonesia dalam penyelesaian koordinat perbatasan kedua negara dengan cara melakukan diplomasi yang memerlukan waktu yang lama. “Penyelesaian titik koordinat batas wilayah RI-Malaysia melalui jalur diplomasi akan memakan waktu lama dan membutuhkan kemampuan diplomasi yang kuat,” kata salah satu anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) itu di Jakarta, Senin (13/9). Sayangnya, menurut FayakhunAndriadi , kekuatan diplomasi Indonesia tidak tercermin dengan baik saat pertemuan di Kota Kinabalu, Malaysia, 6 September lalu. “Padahal itu dinantikan oleh jutaan warga Indonesia yang sudah geram dengan ‘insiden Tanjung Berakit’ (penangkapan tiga petugas KKP di perairan dekat Pulau Bintan, Provinsi Kepri), yakni kejelasan soal pengakuan Malaysia atas wilayah arsipelago Indonesia berdasarkan Hukum Internasional atau UNCLOS,” katanya. Mengacu kepada UNCLOS yang merupakan salah satu produk PBB, Indonesia sebag

Fayakhun Andriadi dan Potensi Manusia Indonesia

Belakangan ini, politisi Indonesia seringkali mendapatkan stigma kurang baik dari masyarakat. Citra yang melekat, mereka justru jauh dari rakyat yang diwakilinya. Meskipun demikian, tidak sedikit juga politisi yang memperhatikan nasib masyarakat dan memiliki pemikiran yang baik. Salah satunya adalah Fayakhun Andriadi . Dalam sebuah tulisannya di kompasiana.com, politisi muda yang juga Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta ini menyatakan bahwa banyak potensi luar biasa dari manusia Indonesia, Sri Mulyani Indrawati adalah salah satunya. Setelah sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Pemerintahan SBY, ekonomi senior ini kemudian mengundurkan diri pada pertengahan 2010 lalu dan memilih untuk menerima tugas sebagai Managing Director World Bank. Nama lainnya, adalah Sehat Sutarja. Pria kelahiran Jakarta ini pada awalnya hanya bermimpi menjadi montir radio, namun karena kadung jatuh cinta pada dunia elektronika, iapun memutuskan untuk lebih serius dengan menimba ilmu

Fayakhun Andriadi; Pemerintah Tidak Satu Atap Soal Elpiji

Anggota Fraksi Partai Golkar DPR Fayakhun Andriadi menyayangkan sikap sejumlah institusi pemerintah yang tidak satu payung dalam menanggapi berbagai kasus ledakan tabung gas elpiji di berbagai tempat. "Tengok saja realitasnya, tabung gas elpiji itu di bawah kewenangan Kementerian Perindustrian, dan otoritas Kementerian Perdagangan. Sedangkan isi gas-nya di bawah kendali Pertamina, kemudian regulator dan selangnya diatur Kementerian Perdagangan," ungkapnya di Jakarta, Selasa (29/6). Sementara itu, lanjutnya, bila terjadi kecelakaan akibat ledakan gas tersebut, masyarakat spontan menuding ke pihak Pertamina. "Makanya, seharusnya pemerintah dalam melaksanakan konversi gas itu harus satu atap, seperti halnya pompa bensin atau SPBU. Dengan begitu, Pertamina juga harus diberi kewenangan penuh untuk implementasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE) layaknya SPBU," ujarnya. Di SPBBE tersebut, menurutnya, masyarakat mendapat layanan one stop solutio