Anggota Fraksi Partai Golkar DPR Fayakhun Andriadi menyayangkan sikap sejumlah institusi pemerintah
yang tidak satu payung dalam menanggapi berbagai kasus ledakan tabung gas
elpiji di berbagai tempat.
"Tengok saja realitasnya, tabung gas elpiji itu di bawah
kewenangan Kementerian Perindustrian, dan otoritas Kementerian Perdagangan.
Sedangkan isi gas-nya di bawah kendali Pertamina, kemudian regulator dan
selangnya diatur Kementerian Perdagangan," ungkapnya di Jakarta, Selasa
(29/6).
Sementara itu, lanjutnya, bila terjadi kecelakaan akibat ledakan
gas tersebut, masyarakat spontan menuding ke pihak Pertamina.
"Makanya, seharusnya pemerintah dalam melaksanakan konversi
gas itu harus satu atap, seperti halnya pompa bensin atau SPBU. Dengan begitu,
Pertamina juga harus diberi kewenangan penuh untuk implementasi Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE) layaknya SPBU," ujarnya.
Di SPBBE tersebut, menurutnya, masyarakat mendapat layanan one stop
solution, yaitu bisa membeli tabung, mengisi gas, mendapatkan regulator,
selang, kompor, yang kesemuanya berstandar SNI, dan dikontrol pihak Pertamina.
"Masalah tataniaga ini masalah serius. Kalau tidak diatur
dengan baik, maka produk-produk berkualitas rendah yang mudah didapat di pasar
akan semakin marak peredarannya, dan bisa menyebabkan lebih banyak kecelakaan
gas lagi di masa mendatang," katanya mengingatkan.
Semestinya, lanjutnya, SPBBE didirikan di titik-titik distribusi
yang strategis, seperti model SPBU tersebut.
"Dengan begitu, masyarakat mengenali dan datang untuk membeli
segala yang berurusan dengan gas atau 'elpiji' ini di SPBBE seperti ketika
mereka berurusan tentang bensin di SPBU. Sehingga di mata masyarakat, untuk
urusan elpiji, pemerintah adalah satu, yaitu Pertamina," tegas Fayakhun Andriadi lagi.
Mendukung BI
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi menyatakan, fraksinya mendukung langkah Bank
Indonesia (BI) untuk menekan suku bunga kredit perbankan.
"Dalam kondisi menuju kemandirian bangsa, dengan menghidupkan
industri-industri strategis dan industri-industri hulu, idealnya suku bunga
deposita berada maksimal lima persen dan suku bunga kredit maksimal delapan
persen," ujarnya kepada ANTARA, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan itu, mengomentari pernyataan Deputi Senior Gubernur
Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution yang mengatakan, BI tengah menyiapkan
aturan penekan bung kredit, guna meningkatkan pertumbuhan perkreditan perbankan
nasional.
"Kami mendukung ini. Efek 'multiplier'-nya akan sangat banyak.
Seperti industri tumbuh, semangat kerja bangsa naik, produktivitas meningkat,
dan ini sejalan dengan kian kompetitifnya produk-produk buatan nasional di
pasar domestik maupun ekspor," ujarnya.
Infrastruktur Pelabuhan
Terkait penekanan suku bunga kredit itu, Fayakhun Andriadi dkk di
lingkup Fraksi Partai Golkar juga mendesak pentingnya pihak perbankan konkret
mendukung pengembangan berbagai infrastruktur, utamanya
pelabuhan,
paralel dengan kondisi obyektif Nusantara sebagai negara kepualuan atau
maritim.
"Kami paling mendukung pembangunan infrastruktur pelabuhan,
dan juga tentu rel kereta api atau angkutan massal seperti itu. Sudah saatnya
seluruh kota di pulau-pulau besar, dari Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali
hingga Nusa Tenggara Timur, bahkan Papua terhubung jalur rel kereta api,"
katanya.
Fayakhun Andriadi menilai, di situlah peran adanya
"negara" dapat dirasakan masyarakat secara langsung, dari Papua
hingga Aceh.
Komentar
Posting Komentar