Belakangan ini, politisi Indonesia seringkali mendapatkan
stigma kurang baik dari masyarakat. Citra yang melekat, mereka justru jauh dari
rakyat yang diwakilinya. Meskipun demikian, tidak sedikit juga politisi yang
memperhatikan nasib masyarakat dan memiliki pemikiran yang baik. Salah satunya
adalah Fayakhun Andriadi.
Dalam sebuah tulisannya di kompasiana.com, politisi muda
yang juga Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta ini menyatakan bahwa banyak potensi
luar biasa dari manusia Indonesia, Sri Mulyani Indrawati adalah salah satunya.
Setelah sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Pemerintahan
SBY, ekonomi senior ini kemudian mengundurkan diri pada pertengahan 2010 lalu dan
memilih untuk menerima tugas sebagai Managing Director World Bank.
Nama lainnya, adalah Sehat Sutarja. Pria kelahiran Jakarta
ini pada awalnya hanya bermimpi menjadi montir radio, namun karena kadung jatuh
cinta pada dunia elektronika, iapun memutuskan untuk lebih serius dengan
menimba ilmu di Iowa State University. Tak puas sampai disitu, Sehat lalu
melanjutkan studinya dan mengambil Program Master di Universitas
California-Berkeley. Kecintaan akan dunia teknologi itu pulalah yang membuatnya
berani memutuskan untuk mendirikan Marvell Technology bersama sang istri dan
saudaranya Pantas Sutarja. Meski pada tahun 1995 sempat tertatih-tatih, namun
pada akhirnya perusahaan tersebut mampu berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan teknologi informasi. Bahkan, pada tahun 2007 Marvell Technology
berhasil meraih predikat sebagai perusahaan semikonduktor terbaik ketiga di
dunia versi majalah Forbes.
Maksimasi Brain
Circulation dalam Pandangan Fayakhun Andriadi
Dengan sejumlah kisah sukses yang telah diraup oleh beberapa
diaspora tersebut, maka sontak muncul imaji dan harapan bila Indonesia juga
dapat mendapatkan efek brain circulation sebagaimana yang diraih China, India
dan Korea Selatan. Hanya saja, menurut Fayakhun Andriadi, ada persoalan yang
membuat efek brain circulation dari para diaspora dengan brain power luar biasa
tak kunjung menghampiri Indonesia.
Persoalan pertama adalah masyarakat kita seringkali terjebak
pada pemahaman bahwa efek brain circulation hanya dapat diraih bila para
diaspora memutuskan untuk “pulang kampung”. Padahal, perkembangan teknologi
informasi yang terjadi saat ini telah membuat sesuatu yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Implementasi internet, electronic commerce,
electronicdatainterchange, virtual office, dan telemedicine telah menerobos batas-batas
fisik antar negara (borderless). Makanya tidaklah berlebihan jika seorang pakar
IBM mengatakan, bahwa “seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat
teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan
bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum 10.000 km/jam, dengan
harga beli hanya sekitar 1 dollar Amerika saja.”
Komentar
Posting Komentar